MAS Siap Menjadi Tuan Rumah Kembali

Masjid Al Akbar – Sekitar dua puluh lima ribu santri berkumpul di Masjid Al Akbar Surabaya. Tercatat sekitar 450 bus terparkir di area Masjid. Para santri yang didampingi orang tuanya mengikuti acara Maulid Nabi Muhammad SAW dan Istighotsah Kubro ke 8 TPQ An Nahdliyah dan madrasah diniyah se Cabang Pondok Langitan Tuban.

Para tamu undangan dan para santri disambut langsung oleh Direktur Masjid Nasional Al Akbar Surabaya. Endro Siswantoro menyampaikan terima kasih pada Pesantren Langitan yang telah mempercayakan Masjid Nasional Al Akbar sebagai tempat terselenggaranya Peringatan Maulid Nabi dan Istighosah Kubro ke 8.

“Masjid Nasional Al Akbar merupakan masjid terbesar kedua se-Indonesia, setelah Masjid Istiqlal Jakarta. Kami senang sekali apabila acara seperti ini dilaksanakan kembali di Masjid Nasional Al Akbar,” kata Endro.

Dalam sambutannya Wakil Gubenur Jawa Timur mengapresiasi peran alumni Pondok Pesantren Langitan Kabupaten Tuban. Selama ini, ribuan alumni Pondok Pesantren Langitan dinilai sukses menjadi tokoh dan teladan bagi masyarakat di berbagai bidang.

“Saya gembira dan senang sekali. Alumni Pesantren Langitan telah berkiprah di tempat masing-masing. Mereka menjadi tokoh, panutan dan guru. Semuanya itu diakui keilmuannya,” kata Saifullah Yusuf Wakil Gubenur Jawa Timur di Masjid Al Akbar Surabaya (19/12).

Alumni Pesantren Langitan yang tersebar di seluruh Jawa Timur dan provinsi lain merupakan aset bangsa. Mereka bersama Pemerintah telah berkontribusi meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) terutama di usia dini. “Pada usia satu sampai delapan tahun menentukan perkembangan anak. Untuk itu, perlu ditanamkan pendidikan karakter,” ujarnya.

Menurut Putra pertama Kiai Yusuf ini, terkadang alasan pertama menjadi seorang santri ingin mencari ilmu pengetahuan dan ilmu agama. Ketika santri ingin mencari keberkahan maka dia harus hormat dan takdzim kepada muassis atau gurunya.

“Kesuksesan alumni menjadi tolak ukur dari seorang santri yang akan menimba ilmu di sebuah pesantren, kondisi inilah yang akhirnya diikuti oleh santri lainnya untuk terus belajar dan mengembangkan diri di pesantren,” pungkas Gus Ipul. (ROF)

BeritaTerkait

2 Responses

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *