540 Mahasiswa UIN Walisongo Semarang Pelajari Dakwah Digital-Zakat Sosial di Masjid Al-Akbar

Share :

Surabaya (MAS) – Sebanyak 540 mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi dari UIN Walisongo, Semarang, Jawa Tengah, angkatan 2022, mempelajari dakwah digital dan zakat sosial dalam Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Tahun 2025 di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (MAS), Senin.

“Kami berkunjung ke Masjid Al-Akbar, karena banyak program di sini yang sesuai dengan program studi (prodi) kami, seperti manajemen dakwah (MD), Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI), Pengembangan Masyarakat Islam (PMI), dan Manajemen Haji dan Umroh (MHU),” kata Koordinator KKL 2025 UIN Walisongo Semarang, Agus Riyadi.

Apalagi, ia menilai program MAS sangat bagus, bahkan program dakwahnya bukan konvensional tapi mengoptimalkan media sosial dengan tema yang tidak hanya sesuai kebutuhan masyarakat secara umum, tapi juga memperhatikan Generasi-Z.

“Ada juga program pembedayaan masyarakat dengan zakat, wisata religi, dan banyak lagi, sehingga mahasiswa kami nantinya dapat menindaklanjuti dengan penelitian dan aplikasi di lingkungannya,” katanya saat diterima Sekretaris Badan Pelaksana Pengelola (BPP) MAS H Helmy M Noor dan Kepala Seksie Zakat BPP MAS Gana Hascarya.

Dalam penjelasannya, Sekretaris BPP MAS H Helmy M Noor mengatakan MAS yang dibangun sejak tahun 1995 dan diresmikan pada 2000 itu mengalami dinamika dakwah dari manual dan analog ke dakwah digital. Pada tahun 2001-2026, dakwah masih bersifat manual dan analog.

“Tahun 2007, kami mulai melakukan survei kepuasan jamaah dan database, sehingga program di Masjid Al-Akbar itu bukan program pengurus, tapi program jamaah, karena tahun 2010 pun mulai memanfaatkan boadcast message (SMS Centre) untuk lebih banyak menjangkau jamaah,” katanya.

Hasil survei melalui “SMS Centre” itu, BPP MAS mencatat 20 persen jamaah MAS berusia 40-60 tahun, 30 persen berusia 10-19 tahun, dan 50 persen berusia 20-39 tahun. “Dari sini, kami mengadakan survei kepada anak-anak muda terkait usulan program,” katanya.

Setelah BPP MAS melakukan migrasi dari analog ke digital/medsos pada tahun 2017, maka program MAS diupayakan memenuhi kebutuhan Generasi Z Islami (GenZI), sehingga sejak 2 tahun silam mulai ada Majelis Subuh GenZI (MSG). “Banyak GenZI yang datang, meski subuh, karena pendakwah juga GenZI, seperti Hannan Attaqy dan Gus Iqdam,” katanya.

Sementara itu, Kasie Zakat BPP MAS Gana Hascarya menegaskan bahwa kegiatan sosial-kemasyarakatan BPP MAS adalah mengoptimalkan pemberdayaan zakat secara profesional dan sesuai syar’i yang meliputi bidang sosial, kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan dakwah.

“Untuk bidang sosial ada bantuan sembako, ATM Beras, baksos kepada Ibnu Sabil, menyalurkan daging qurban lewat RT-RW di sekitar masjid, bantuan Palestina, dan bantuan bencana alam baik di Jawa, Sumatera, Kalimatan, Sulawesi, maupun Indonesia Timur. Di bidang ekonomi ada pemberdayaan zakat produktif, modal usaha, dan bina wirausaha,” katanya.

Untuk kegiatan sosial-kemasyarakatan di bidang dakwah antara lain pembinaan muallaf, kajian rutin (harian/mingguan/bulanan), wakaf Qur’an, bantuan pesantren tahfidz, renovasi musholla. Di bidang pendidikan ada bantuan operasional sekolah, santunan guru ngaji, bina yatim, sedang di bidang kesehatan ada poliklinik pengobatan gratis, khitanan massal, bekam, layanan mobil ambulans/jenazah.

Penjelasan Sekretaris BPP MAS dan Kasie Zakat itu diapresiasi mahasiswa. “Saya kagum dengan Masjid Al Akbar Surabaya, SDM pengelola masjidnya terstruktur, laki-laki dan perempuan setara dalam kepengurusannya, bukan semuanya diisi laki-laki,” kata mahasiswi semester 6, Kumala Nur Afiah.

Ia juga mengagumi manajemen sumbangan dan pengelolaan keuangannya yang cukup baik, sehingga sumbangannya bisa tersampaikan secara merata kemana-mana, bahkan sampai ke Palestina juga. “Saya juga sangat kagum dengan kegiatan dakwahnya, terutama terkait GenSI, kok bisa dakwahnya gak monoton dan mem-branding masjid,” katanya.

Hal senada disampaikan mahasiswa Luqmi Khoirul Khariri dari semester 6 juga. “Menarik, karena dari segi digitalisasi belum ada masjid yang seperti Masjid Al-Akbar Surabaya. Secara fasilitas cukup memadai banget, ada virtual tour, lalu ada Gen-ZI juga. Ini sangat efektif, karena kebanyakan anak muda belum tentu tertarik pengajian, tapi penceramah di sini juga aktif di dunia media sosial,” katanya.

Ia berharap kegiatan Gen-Z, seperti nobar dan kajian ringan tetap ada terus agar selalu menginspirasi anak muda. “Kalau ada masjid yang seperti ini, perlu banget dimanfaatkan, karena jarang ada atasan masjid yang ikut membina kegiatan secara langsung,” katanya. (*/mas/Farrah Nt)

Share :

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *