Surabaya (MAS) – Koordinator Nasional Nawaning Nusantara, Hj Dhomirotul Firdaus MPd (Ning Fierda), menyatakan GenZI Hebat adalah GenZI yang membentengi negeri dengan konten antiradikal dan konten-konten yang pro-persatuan.
“Hari Pahlawan itu tidak lepas dari anak-anak muda yang sekarang disebut GenZI, tapi perjuangan sekarang bukan di dunia nyata, tapi di dunia maya,” katanya dalam Majelis Subuh GenZI (MSG) di Masjid Al-Akbar, Surabaya, Minggu.
Di hadapan 70-an GenZI yang menghadiri MSG edisi ke-24 dengan tema “GenZi Hebat, Negeri Kuat” itu, Ning Fierda menjelaskan perjuangan GenZI di dunia maya adalah membentengi negeri dengan konten antiradikal.
“Sejak dulu, anak-anak muda kayak GenZI itu hebat, bahkan di zaman Rasulullah juga ada GenZI yang membela negara, seperti Usamah bin Saad, Sayyidina Ali, Zaid bin Tsabit. Sekarang, GenZI itu ya kayak Zaid bin Tsabit,” katanya.
Putri pengasuh Pesantren Lirboyo, Kediri, Jatim, KH Anwar Manshur (Rais Syuriah PWNU Jatim), itu menjelaskan Zaid bin Tsabit itu seperti GenZI sekarang yang intelek, karena dia menjadi penerjemah Rasulullah bila berhubungan dengan diplomat negara lain.
“Ya, perang sekarang bukan perang fisik, tapi perang digital atau perang maya di dunia digital, tapi kritik saya adalah GenZI harus tetap menggunakan akhlakul karimah di dunia digital (kesalehan digital). Kritik saya yang lain pada GenZI adalah belajarlah istiqomah (konsisten),” katanya.
Artinya, GenZI bisa mencontoh akhlak/kesalehan Zaid bin Tsabit melalui perkataan/konten yang tidak menyakiti dan juga tidak provokasi, karena apa pun yang dilakukan itu ada ganjaran/balasan, bahkan amal seberat biji dzarrah (biji yang sangat kecil) pun tetap “dicatat” malaikat.
“Apalagi, kebaikan dan keburukan di dunia digital itu lebih rinci dalam ‘catatan’ Allah Yang Maha Melihat, jadi tidak bisa asal share tanpa akhlak. Al-Qur’an surat Al-Hujurat pun menyebut kalau ada yang datang membawa berita pun jangan langsung dibagikan (share),” katanya.
Oleh karena itu, cara GenZI membela negeri pada era digital adalah membentengi negara dengan konten-konten yang menguatkan negara dan menghindari konten-konten radikal yang memecah persatuan, apalagi “game online” pun sudah disusupi konten radikalisme.
“Selain akhlak, nasionalisme religius juga bisa dengan ijazah, diantaranya ijazah Fatihah, ijazah Sholawat, dan niat menebarkan kebaikan melalui ungkapan masya-Allah, barokalloh, dan ungkapan baik lainnya,” katanya. (*/mas)










