Prof Saiful Jazil: Isra’ Mi’raj itu perjalanan penuh tamsil/hikmah

Share :

Surabaya (MAS) – Guru Besar Pendidikan Agama Islam (PAI) UIN Sunan Ampel Surabaya
Prof. Dr. H. Saiful Jazil, M.Ag, menegaskan bahwa Isra’ Mi’raj itu merupakan perjalanan Nabi Muhammad SAW bersama Malaikat Jibril dari Masjid Aqsa ke Sidrotul Muntoha yang penuh dengan tamsil atau ilmu hikmah.

“Saat sampai di langit pertama, Nabi Muhammad bertemu Nabi Adam, lalu di langit kedua bertemu Nabi Isa dan Yahya, sedangkan di langit ketiga bertemu Nabi Yusuf. Nabi Muhammad juga sempat melihat surga dan neraka,” katanya dalam Kajian Rutin edisi Spesial Isra’ Mi’raj 1446 H di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (MAS), Senin (27/1/2025) malam.

Dosen UINSA dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) itu menjelaskan Isra’ Mi’raj merupakan perjalanan yang dilatarbelakangi cobaan luar biasa yang dialami Nabi Muhammad, diantaranya ancaman pembunuhan dari Abu Jahal dan Abu Lahab, lalu wafatnya Abu Thalib yang menjadi tameng, serta wafatnya Siti Khadijah yang merupakan istri yang juga menjadi penopang perjuangan.

“Makanya, saat itu dikenal dengan Amul Huzni (Tahun Kesedihan), sehingga Malaikat Jibril didampingi dua malaikat lainnya pun mendatangi Rasulullah dengan membawa ember berisi air penuh hikmah dan iman, lalu dada Nabi dibedah hingga perut bawah untuk dibersihkan dengan air zamzam dari ember itu, lalu dada beliau dipenuhi dengan ilmu hikmah dan iman, hingga akhirnya diajak Malaikat Jibril ke Arsy dengan Buraq,” ujarnya.

Saat memasuki setiap langit, Nabi Muhammad bertemu Nabi Adam di langit pertama, bertemu Nabi Isa dan Yahya di langit kedua, bertemu Nabi Yusuf di langit. Nabi Muhammad terus melakukan perjalanan ke langit berikutnya hingga sempat melihat surga dan neraka, bahkan Nabi sempat bertemu terompah milik Bilal bin Rabah di surga.

“Dalam Hadits Bukhari-Muslim dan lainnya, jarak antar langit itu membutuhkan waktu 500 tahun perjalanan, bahkan Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebut 1.000 tahun perjalanan. Yang jelas, perjalanan dari bumi ke Arsy itu membutuhkan 50.000 tahun perjalanan untuk bertemu Allah, namun Rasulullah hanya membutuhkan waktu semalam saja, sehingga banyak orang meragukan, tapi Buraq memang kayak langsung weessss…,” katanya.

Selain hal teknis, hal penting dalam setiap perjalanan adalah adanya tamsil atau hikmah yang ditemui Nabi dan selalu didialogkan dengan Malaikat Jibril. “Misalnya, ada orang yang menggunting bibir/lidah, lalu tumbuh lagi dan digunting terus. Malaikat Jibril menyatakan hal itu merupakan perilaku umat yang suka mencaci-maki, mengolok-olok, adu domba, sehingga Nabi bilang keselamatan manusia itu tergantung lisan,” katanya.

Tamsil lain yang ditemui Nabi, ada sekelompok makanan, ada yang makan daging busuk dan ada yang segar, tapi orang yang ada di situ justru memakan daging busuk. Malaikat Jibril menyatakan itulah umat yang suka ghibah (gosip). Soal orang yang makan daging busuk ini juga ada dalam Alquran. “Ada juga tamsil orang yang perutnya membesar dan keluar ular, itu pemakan barang haram dan riba,” kata Malaikat Jibril.

Tamsil lain, ada orang yang panen, tapi belum habis dipanen justru tanamannya tumbuh lagi, akhirnya panen terus. “Itu umat yang suka shodaqoh yang pahala memang akan terus mengalir,” kata Malaikat Jibril kepada Nabi.

Selain perjalanan dari langit ke langit itu, Rasulullah juga diizinkan masuk surga. Di surga, Nabi mendengar suara terompah Bilal bin Rabah. “Saat kembali ke bumi, Nabi menanyakan amalan istinewa sahabatnya itu, yang dijawab Bilal bahwa dirinya hanya berwudhu pada setiap setiap mau adzan dan sholat sunnah syukuril wudhu. Ternyata, wudhu membuat orang yang tidur dalam kondisi berwudhu selalu didoakan malaikat untuk diampuni, selain itu juga selalu dijaga dalam kebaikan,” ujarnya. (*/mas)

Share :

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *