Surabaya (MAS) – Dalam pengajian bertajuk “Semua Tentang Cinta” di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (MAS), pendakwah muslimah Ustadzah (Usth) Halimah Alaydrus, menyatakan satu-satunya musuh hati adalah setan, maka orang yang salah itu jangan dimusuhi, karena dia mengikuti bisikan setan.
“Hati itu punya pekerjaan dan pekerjaan hati adalah cinta dan benci. Jika kita meletakkan hati semestinya, maka hati itu kalau sudah sujud tidak akan pernah terangkat, akan sujud terus, akan taat, akan cinta selalu dan tak ada benci sedikit pun,” kata pendakwah asal Indramayu, Jawa Barat, di hadapan puluhan ribu orang yang memadati MAS, Senin.
Dalam kajian spesial yang diadakan sejumlah komunitas perempuan (Majelis Pilar Mar’atus Sholihah, Fatayat NU, Qatada/Qara’a wa Tadabbara) bersama BPP MAS itu, alumni pesantren di Bangil, Tegal, Rembang hingga Tarim-Hadhramaut Yaman itu menjelaskan benci yang semestinya itu kepada setan, karena setan adalah musuh yang sesungguhnya.
“Kalau ada yang benci kamu, maka bencilah setan, jangan ngomongin orang, jangan ngomelin suami, itu justru sama dengan menjadi besti setan. Jadi, benci yang semestinya itu kepada setan, karena satu-satunya musuh (musuh hati) yang diizinkan Allah itu setan, bukan orang, kalau ada orang yang salah itu karena bisikan setan,” katanya.
Mengutip kisah sejumlah ulama dan aulia, pendakwah yang juga pengajar berbagai majelis di Singapura, Malaysia, Brunei, Australia, Mesir, UEA dan Oman itu menyatakan cinta yang semestinya itu hanya kepada Allah, karena cinta kepada selain Allah memang bisa membuat lupa segala-galanya, tapi cinta buta yang normal itu akan bisa menemui patah hati.
“Itu karena kalau kita berbuat baik kepada manusia sepanjang tahun masih akan bisa hilang begitu saja dengan satu kesalahan saja. Itulah manusia. Berbeda dengan cinta kepada Allah, kalau cinta kepada Allah itu enak, karena kalau kita berdosa sepanjang tahun pun tapi mau bertaubat hingga meneteskan air mata, maka Allah melihat kesungguhan kita dalam taubat itu dan pasti akan diterima,” katanya.
Selain enak/nyaman dengan rahmat-NYA, cinta kepada Allah itu juga merupakan wujud rasa syukur atas nikmat-NYA yang tak terhitung, misalnya ada jemaah yang sakit perut, maka masih banyak yang tidak sakit, seperti mata, tangan, kaki, nafas, dan anggota tubuh lainnya, serta keluarga juga sehat.
Tidak hanya itu, syukur juga penting atas rezeki-Nya yang datang terus. “Kita tetap dalam iman itu juga patut disyukuri, karena itu tanda cinta dari Allah kepada hamba-Nya. Kita tetap dalam iman di antara miliaran manusia, apa tidak cukup menjadi faktor yang mendorong cinta kita kepada-Nya ?!,” katanya. (*/mas)