Ketua PWNU Jatim: Puasa Bangun Pribadi Berakhlak Luhur karena Belajar Menahan Nafsu

Share :

Surabaya (MAS) – Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur KH Abdul Hakim Mahfudz yang akrab disapa KH Kikin menegaskan bahwa Puasa Ramadhan merupakan bulan dapat membangun atau menumbuhkan pribadi yang berakhlak luhur, karena puasa mengajari manusia untuk belajar menahan nafsu.

“Puasa itu memberikan istirahat pada perut yang dalam masa setahun senantiasa bekerja tanpa henti, namun upaya membiasakan berlapar-lapar itu dapat menumbuhkan pribadi yang mampu menahan diri dan menguatkan akhlak yang baik dan budi pekerti yang mulia,” katanya saat khutbah di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (MAS), Jumat.

Dalam Khutbah Jumat bertema “Khutbah Rosulullah Jelang Ramadhan”, Kiai Kikin yang juga pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang itu menjelaskan puasa juga menumbuhkan kesetaraan kaya-miskin, karena puasa mengajari orang kaya untuk merasakan penderitaan saudaranya yang miskin dan sering tidak makan, sehingga sehabis puasa ada kewajiban zakat fitrah.

“Ramadhan adalah bulan yang mengandung banyak keutamaan dan penuh dengan ampunan, serta bulan penuh rahmat dan bulan istimewa atau khusus, karena pahala puasa Ramadhan itu langsung dari Allah dengan pahala berlipat-lipat, sehingga Allah meningkatkan derajat orang yang berpuasa dengan sungguh-sungguh mencapai derajat Muttaqin,” katanya.

Derajat tertinggi itu terkait dengan tiga hal yang dijanjikan Allah pada Bulan Ramadhan yakni Rahmat, Maghfiroh/Ampunan, dan Terhindar dari Neraka (Surga). Rahmat adalah kasih sayang Allah, karena boleh jadi ahli ibadah itu masuk surga bukan karena ibadah, tapi karena rahmat, sebab ibadah selama hidup belum tentu sebanding nikmat mata.

“Agar Bulan Ramadhan bisa maksimal, maka perlu perbaikan hati yakni dengan tidak musyrik dan tidak memiliki rasa permusuhan dengan sesama. Perbaikan berikutnya, memperbaiki sholat dan memperbaiki perasaan kepada orang lain untuk membangun kesetaraan kaya-miskin,” katanya.

Menurut Kiai Kikin, sholat itu penting karena merupakan sarana berkomunikasi dengan Allah dan sholat juga menjadi ukuran keimanan untuk mencegah dari perbuatan keji dan munkar, apalagi perintah sholat itu diterima langsung Rasulullah saat berada di Sidrotul Muntaha dalam selang waktu 33 hari menjelang Ramadhan.

“Untuk memperbaiki hati, ada malam nisfu sya’ban yang hanya 15 hari menjelang Ramadhan itu, Allah menebar maghfiroh/ampunan, kecuali yang musyrik dan masih memiliki rasa permusuhan, sehingga ibadah dan doa pada malam nisfu sya’ban menjadi tambahan bekal menyongsong Ramadhan. Setelah itu, pembiasaan berlapar-lapar akan dapat menumbuhkan akhlak dan budi pekerti yang mulia, apalagi juga ada zakat,” katanya.

Mengakhiri khutbahnya, Kiai Kikin menambahkan bahwa Ramadhan itu bulan yang agung, karena Allah menurunkan Al-Qur’an, Allah membuka pintu surga, menutup pintu neraka, dan membelenggu setan, menganugerahkan Malam Lailatul Qodar yang lebih baik daripada seribu bulan.

“Maka itu, mari memanfatkan Ramadhan sebagai sarana menata jiwa, agar semua amalan terjaga hanya untuk Allah, karena puasa itu khusus. Dalam sebuah Hadits Qudsi disebutkan bahwa semua amal anak Adam itu untuk dirinya, kecuali puasa yang untuk-Ku (untuk Allah) dan Aku (Allah) yang akan membalasnya. Jadi, Ramadhan itu bagi Allah adalah antara kita dengan Allah, istimewa dan khusus,” katanya. (*/mas)

Share :

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *