Surabaya (MAS) – Guru Besar Ilmu Perbandingan Agama di Universitas Ibnu Tufail, Maroko, Prof Dr Maryam Ait Ahmad, mengagumi arsitektur Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (MAS) semangat toleransi beragama yang hidup di tengah masyarakat Indonesia.
“Kunjungan ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan akademik dan dialog antaragama yang digagas untuk mempererat hubungan intelektual dan spiritual antara Indonesia-Maroko,” kata Ketua Badan Pelaksana Pengelola (BPP) MAS DR KHM Sudjak MAg dalam keterangannya, Jumat.

Dalam kunjungan itu (15/5), Prof Dr Maryam Ait Ahmad mengungkapkan kekagumannya terhadap arsitektur megah Masjid A-Akbar serta semangat toleransi beragama yang dibangun pengurus masjid nasional yang lokasinya memang berdekatan dengan Gereja Katolik Sakramen Mahakudus, Pagesangan Baru, Jambangan, Surabaya itu.
“Saya memilih MAS karena namanya yang sudah terkenal sampai ke negeri kami. Saya ingin pertemuan kami dengan anak-anak kami ini lebih diberkahi oleh Allah, karena dilakukan di masjid terbesar di Indonesia,” kata Prof Maryam Ait Ahmad.
Ia juga mengaku kagum dengan pengelolaan Masjid Al-Akbar yang sangat baik dan profesional. “Istimewa sekali pelayanannya. Kami disambut dengan penuh penghormatan. Apalagi, mudirnya Kiai Sudja’ telah menjelaskan secara detail tentang manajemen pengelolaan masjid ini,” katanya.
Dalam kesempatan dialog hingga petang itu, ia mengaku sangat terkesan dengan kegiatan sosial dan charity, filantropi dan manajemen wakaf, serta pemberdayaan generasi muda negeri ini yang sangat bagus dan keren.
“Untuk itu, kami berkunjung ke masjid ini, untuk memperkuat hubungan ilmiah dan keagamaan antara Pemerintah Indonesia serta Kerajaan Maroko. Kami juga dapat bertemu dengan anak-anak didik alumni Maroko dari Indonesia, untuk Halalbihalal dan temu kangen dengan pelajar Indonesia yang kami dulu pernah tinggal bersama kami dalam waktu yang cukup lama,” katanya.

Sementara itu, Ketua BPP MAS DR KHM Sudjak menyambut positif kunjungan itu dan berharap kolaborasi akademik seperti ini dapat terus berlanjut.
“Alhamdulillah, kami dapat berbagi dan bertukar informasi, terutama karena pihak Universitas Ibnu Tufail Maroko sangat tertarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang sistem pengelolaan Masjid Al Akbar Surabaya. Mereka sangat antusias,” katanya.
Ia menyatakan kunjungan seperti ini membawa masukan baru bagi Masjid Al-Akbar Surabaya. “Ya, tentu masukannya adalah bagaimana kita mempersiapkan lebih baik lagi. Karena semakin banyak tamu, baik dari dalam terutama luar negeri, maka kita harus mempersiapkan lebih baik lagi,” katanya.
Terkait toleransi, 70 agamawan muda lintas agama se-Surabaya dari Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Khonghucu pernah belajar tentang hubungan Masjid Nasional Al Akbar Surabaya dengan Gereja Katolik Sakramen Mahakudus, Pagesangan Baru, Jambangan, Surabaya, dalam rangka Interacting Live In bagi agamawan muda (29/7/2023). (*/mas/hafidz afrizal a)