Habib Ja’far: Habiskan jatah kesalahan selama masih muda

Share :

Surabaya (MAS) – Pendakwah muda Habib Husein Ja’far Al-Hadar menyarankan jamaah GenZI (Generasi Z Islami) untuk menghabiskan jatah kesalahan selama masih muda, karena anak muda berbuat salah itu masih dianggap wajar, tapi kalau tua berbuat salah justru dianggap bodoh.

“Kalau salah tapi masih muda itu masih boleh. Saya juga suka berdakwah di depan anak-anak muda, karena kalau dakwah untuk orang tua itu sudah diurus Malaikat Maut,” katanya dalam Majelis Subuh GenZI (MSG) di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (MAS), Minggu.

Di hadapan belasan ribu jamaah GenZI yang menghadiri MSG episode ke-20 bertema “The Power of GenZI” itu, dai yang alumni UIN Syarif Hidayatullah itu mengaku kesalahan masih diperbolehkan untuk anak berusia muda dan itulah salah satu dari lima ‘power’ GenZI.

“Power lain adalah guru untuk teladan, fokus pada tujuan, beriman, dan sadar akan kematian. Makanya, habiskan kesalahan selama mumpung masih muda, kalau sudah tua harus baik dan saleh. Kalau sudah tua masih berbuat kesalahan terus berarti bodoh dan tolol,” katanya.

Menurut pendakwah dari Bondowoso – Jatim itu, guru itu penting bagi GenZI agar ada yang menegur, ada teladan, sebab keteladanan itu mengarahkan pada kebaikan/kesalehan. “Kalau pejabat itu bukan teladan karena korup, bahkan tokoh agama juga suka bertengkar,” katanya.

Alumni jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Jakarta itu mengatakan “power” lain bagi GenZI adalah fokus pada tujuan. “Islam itu mengajarkan khusyuk, artinya fokus pada tujuan, fokus pada kebutuhan. Kalau bisa fokus, bisa khusyuk, akan cepat sukses,” kata Habib Ja’far yang juga sempat meluncurkan ‘Ngaji Soccer’ di Al-Akbar Mini Soccer.

“Power” GenZI yang lain adalah beriman saat muda dan sadar kematian. “Ashabul kahfi itu istimewa karena beriman saat usia muda. Dari 36 laki-laki yang pertama masuk Islam atau Assabiquna Awwalin itu ada 24 GenZI, 10 milenial, dan hanya dua generasi tua, termasuk Sayyidina Hamzah,” katanya.

Artinya, anak muda yang beriman itu sangat istimewa, karena dia bisa selamat akibat selalu melibatkan Allah dalam hidupnya, sehingga saat sendirian tidak seenaknya, saat komen di medsos juga nggak seenaknya, aurat juga nggak seenaknya. “Medsos itu punya algoritma, kalau kita selalu comment negatif, ya akan terima share info negatif,” katanya.

Ia menambahkan sadar kematian juga “power” penting bagi genZI, bukan bermaksud menakut-nakuti, namun kesadaran akan kematian akan dapat membuat hidup lebih berkah, atau lebih baik dunia-akhirat, atau berusaha hidup lebih baik, sehingga kehidupannya lebih manfaat.

“Nabi Muhammad menyatakan Allah itu takjub kepada anak muda (GenZI) yang mampu menjaga diri dari ‘shofwa’ atau kecenderungan kepada hal-hal yang minimal sia-sia dan maksimal negatif/maksiat, karena setiap anak muda itu diberi shofwa sebagai ujian. Dalam hadits lain juga disebutkan Allah itu bangga kepada orang tua yang taat, tapi lebih bangga kepada anak muda yang taat,” katanya.

Oleh karena itu, Habib Ja’far Al-Hadad mengaku lebih suka berdakwah kepada anak-anak muda. “Karena itu, Majelis Subuh GenZI ini luar biasa, karena anak-anak muda sudah ke masjid di waktu subuh untuk ngaji, melawan rasa kantuk, melawan lelah, bukan rebahan atau main game. Ini menerobos shofwa yang luar biasa, ini cara Allah rindu. Inilah The Power of GenZI itu,” katanya. (*/mas)

Share :

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *