Cikal Bakal Dakwah Digital Masjid Al Akbar, Dulu Pita Kaset, Kini Lewat Youtube dan IG

Sejak Tahun 2001, Masjid Al Akbar merekam aktifitas dakwah menggunakan pita kaset untuk arsip dan diputar ulang sesuai kebutuhan.

10 tahun kemudian, Masjid Al Akbar mulai memanfaatkan teknologi visual dan SMS Centre untuk media dakwah.

“Alhamdulillah, 1 Oktober 2010 kami membeli mesin aplikasi SMS Center untuk info-info kegiatan kepada para jemaah. Saat itu, lagi booming teknologi SMS blast. Alhamdulillah mesin itu sekarang sudah nggak terpakai,” ungkap Sekretaris Badan Pelaksana Pengelola (BPP) Masjid Nasional Al Akbar Surabaya, H. M Helmy M Noor dalam webinar ‘Tips Dakwah Digital Berbasis Masjid’, Sabtu (2/10/2021).

Sepuluh tahun berselang, 2010 masuk pada era Android. Media komunikasi masjid Al Akbar beralih ke WhatsApp (WA) grup yang ternyata lebih interaktif dan murah. “Proses terus berjalan mulai tahun 2001 itu sampai sekarang terus berbenah,” kata Helmy.

Kini masjid terbesar di Surabaya itu telah sukses merambah ke website dan kanal media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Youtube. “Al-akbar sekarang sudah membiasakan siaran langsung salat Jumat. Jadi langsung disiarkan lewat Youtube,” ujarnya.

Begitu jemaah pulang ke rumah, lanjut Helmy, dan masih penasaran dengan pesan khutbah tadi tinggal buka gawainya dan memutar ulang ceramah tadi. “Bagi jemaah mereka bisa ikut mendalami bagaimana materi khutbah Jumat. Bagi khotib manfaatnya adalah review ulang dan persiapan yang lebih matang,” paparnya.

Lebih dari itu materi dakwah digital juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan, seperti menjadi sarana untuk mengajak masyarakat berinfaq, zakat, atau sedekah. Apalagi sekarang sudah ada QR code-nya. Orang nggak perlu repot-repot, tinggal tempel,”

Dengan begitu berbagai macam program, contohnya bersama dengan Baznas atau sinergitas dengan masjid lain atau lembaga apapun dapat dilakukan lewat dakwah digital ini.

Interaksi Jamaah Tetap Diperlukan
Sementara itu Pakar Komunikasi Universitas Airlangga Surabaya, Dr Suko Widodo, M.Si yang menjadi pemateri dalam webinar kali ini menyampaikan sejumlah catatannya.
“Pertama, semaju-majunya digital jangan sampai menghadirkan perjumpaan saja. Masjid ini harus menjadi tempat pertemuan. Perjumpaan bisa dilakukan di mana saja sementara pertemuan harus secara langsung,” kata Suko.

Artinya, dakwah digital tidak meninggalkan ‘The Power of Community’. Bagaimana membangun komunikasi, silaturahmi antara komunikator (pengurus masjid) dengan komunikan (jemaahnya).

“Bagaimanapun dakwah digital merupakan suatu kemajuan. Tapi saya kira interaksi itu tetap penting. Kalau digital itu bersifat perjumpaan, tapi interaksi itu bersifat pertemuan. Interaksi itulah relasi komunikator-komunikan,” jelasnya.

“Dakwah digital itu agar viral, meracik yang bermanfaat, bukan justru virologi atau meracuni yang berujung pada kemaksiatan atau dosa,” imbuhnya.

Maka dari itu, lanjut Suko, perlu adanya Dewan Kurasi yang memahami metode dakwah. Tujuannya agar dakwah digital yang dibuat memiliki nilai-nilai sosial dan tidak menimbulkan masalah atau kontroversial.

“Saya melihat Dewan Kurasi itu justru penting agar nilai-nilai sosial juga menjadi rujukan, karena dakwah itu juga perlu mengetahui apa yang akan disampaikan, dakwah itu bukan sekadar menyampaikan semua yang kita tahu,” tuturnya.

Untuk itu webinar ini juga akan ditindaklanjuti dengan pelatihan teknis dan magang di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya agar para pengurus masjid mendapatkan pemahaman yang utuh mengenai dakwah digital. (*) 

BeritaTerkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *