Surabaya (MAS) – Pendakwah milenial Ustadz Hanan Attaki menegaskan bahwa Islam merupakan agama yang mementingkan penampilan (fisik) dan perilaku (attitude/sikap/akhlak), bahkan non-Muslim itu tertarik dengan Islam bukan karena ayat/dalil, melainkan penampilan dan perilaku orang Islam.
“Penampilan dan perilaku itu menjadi pertimbangan pernikahan. Nabi bersabda, perempuan itu dinikahi karena empat hal yakni Shuroh (Penampilan), Siroh (perilaku/akhlak/adab), Sariroh (mindset/ kesehatan mental), dan agama,” katanya dalam Kajian Senja di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (MAS), Jumat sore.
Dalam Kajian Senja yang diadakan Bank Indonesia (BI) untuk menyemarakkan “Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Regional Jawa 2025” di Masjid Al-Akbar Surabaya pada 12-14 September 2025 itu, ia menjelaskan penampilan itu juga penting dalam ibadah, karena malaikat suka dengan aroma harum pada orang yang sedang shalat.
“Islam sangat memikirkan penampilan, bahkan Nabi bersabda pertimbangan perempuan untuk dinikahi itu yang pertama adalah jika dipandang akan menyenangkan, jadi penampilan itu penting dalam Islam. Bukan hanya pencitraan tapi penampilan bisa menjadi branding untuk Islam,” katanya.
Di hadapan belasan ribu peserta kajian yang mayoritas Generasi Z Islami (GenZI) dan juga ada Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah BI Imam Hartono dan Gubernur Jawa Timur Hj Khofifah Indar Parawansa itu, Ustadz Hanan Attaki menjelaskan Nabi Muhammad juga sangat menjaga penampilan, badannya dijaga, dan janggutnya rapi.
“Penampilan itu bukan sekadar pencitraan, karena penampilan saya yang bukan GenZI juga menarik perhatian teman non-Muslim dari Korea untuk belajar islam, jadi penampilan itu juga bermakna penting untuk dakwah. Teman dari Korea itu tertarik belajar Islam, karena saya itu pendakwah tapi bukan kayak ulama dan itu menarik baginya, karena bisa belajar agama secara menyenangkan, bahkan saya ajari Islam juga di kafe,” katanya.
Selain penampilan/shuroh (fisik), katanya, perilaku/siroh (sikap/ adab/attitude/akhlak) juga penting dalam pandangan Islam, terutama pandangan dari non-Muslim yang tidak mengenal Islam, bahkan perilaku itu mengalahkan ayat, akhlak itu mengalahkan narasi.
“Misalnya, perilaku tidak membuang sampah sembarangan, jujur, mau antre, tidak mengganggu orang lain, tidak korupsi, sering berterimakasih, dan sikap lainnya, bahkan Nabi itu sangat memiliki adab di meja makan, kalau ada yang tidak disukai pun hanya diam. Yang aneh itu orang Jepang, bukan Islam tapi bersih,” katanya.
Mengakhiri kajian sore itu, Ustadz Hanan Attaki menyebutkan dua pertimbangan lain dalam pernikahan adalah Sariroh/mindset (jiwa/mental yang sehat) dan agama. “Kesehatan mental dalam Islam itu penting dan caranya dengan percaya/iman pada takdir. Dengan percaya takdir, maka kita tidak akan mudah trauma/sedih, sehingga problema hidup pun nggak ada, ibadah juga asyik,” katanya.
Dalam “FESyar Jawa 2025” di Surabaya pada 12-14 September 2025 yang juga dimeriahkan dengan berbagai lomba dan showcase itu, Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah BI Imam Hartono, Kepala BI Kantor Perwakilan (KPw) Jatim H Ibrahim, dan Gubernur Jawa Timur Hj Khofifah Indar Parawansa mendorong Indonesia menjadi pusat Ekonomi Syariah Dunia. (*/mas)