18 Mahasiswa Asing Nilai Masjid Al-Akbar Ubah Pendapat tentang Masjid

Share :

Surabaya (MAS) – Sebanyak 18 mahasiswa asing dari Filipina, Kanada, dan Jepang yang mengunjungi Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (MAS), Rabu, menilai MAS telah mengubah pendapatnya selama ini tentang masjid sebagai tempat ibadah.

Penilaian itu disampaikan belasan mahasiswa asing yang menjadi peserta “Program Community & Technological Camp Nusantara” dari Kantor Hubungan Internasional ITS Surabaya saat diterima langsung oleh Ketua Badan Pelaksana Pengelola (BPP) MAS DR KHM Sudjak MAg bersama Bendahara H Soedarto dan staf.

“Masjid Al-Akbar yang saya ketahui sekarang ini telah membuka penilaian saya tentang masjid. Selama ini, saya menilai masjid itu tempat ibadah, tapi Masjid Al-Akbar ternyata tidak hanya tempat ibadah,” kata Gabriel yang mahasiswa Universitas Filipina.

Gabriel mengaku Masjid Al-Akbar itu bukan hanya tempat ibadah, tapi tempat kegiatan sosial-kemasyarakatan yang lengkap. Masjid Al-Akbar itu memang tempat ibadah, tapi juga tempat wisata/rekreasi, pendidikan, olahraga, bisnis/wirausaha, dan lainnya.

Pendapat yang sama juga disampaikan Oyin yang mahasiswi dari Royal Roads University, Kanada. “Masjid ini sangat memukau, karena banyak kajian untuk anak-anak muda dan juga banyak taman yang indah untuk keluarga. Ini pengalaman yang bagus, saya berharap bisa berkunjung ke sini lagi,” kata Oyin.

Lain halnya dengan pandangan Taiki dari Saga University, Jepang. “Ini merupakan pengalaman yang bagus, saya melihat masjid ini memiliki arsitektur yang indah dan menyenangkan,” kata Taiki yang sempat beberapa kali memotret sudut-sudut masjid yang dikagumi.

Bahkan, saat sesi dialog yang dipandu staf untuk mahasiswa Internasional dari Kantor Hubungan Internasional ITS, Emharis Gigih Pratama, sejumlah mahasiswa asing tertarik bertanya terkait arsitektur, seperti 45 pintu dan kapasitas hingga 30.000-an orang.

“Pintu sejumlah 45 buah itu memiliki nilai filosofis, karena 45 pintu itu menandakan Tahun Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Soal kapasitas 30.000-an itu memang terjadi dalam momentum tertentu, seperti Shalat Idul Fitri dan acara nasional,” kata Sudjak.

Selain menceritakan sejarah MAS yang dibangun mulai 1995 dan diresmikan Presiden Abdurrahmann Wahid (Gus Dur) pada 10 November 2000, Sudjak juga menyampaikan misi Masjid Al-Akbar menjadi masjid Rahmatan Lil Alamin yang bersifat Ramah Untuk Semuanya.

“Masjid yang memiliki luas tanah hingga 11,8 hektare dan luas bangunannya 2,5 hektare itu memang bertekad untuk menjadi masjid yang ramah untuk semuanya, baik Muslim atau non-Muslim, baik tua atau muda, termasuk difabel,” katanya.

Oleh karena itu, BPP MAS berusaha melengkapi fasilitas untuk kepentingan semua kalangan itu, yakni fasilitas idarah (manajerial/kesekretariatan), imarah (kegiatan keagamaan), tarbiyah (pendidikan formal dan non-formal), dan Riayah (fasilitas fisik seperti taman, toilet yang green, dan ramah difabel).

“Kami juga memiliki perhatian khusus kepada generasi muda, seperti kami membangun Air Mancur untuk menarik minat anak muda datang ke masjid. Ada juga kajian Majelis Subuh GenZI pada setiap bulan dan ada juga fasilitas yang terbaru yakni Mini Soccer,” katanya. (*/mas)

Share :

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *